Review Indonesia - THE BREADWINNER (2017): Film animasi dengan penceritaan yang dewasa
- Get link
- X
- Other Apps
Dari dulu kala manusia sudah memiliki interpretasinya masing-masing terhadap yang namanya Tuhan. Kepercayaan-kepercayaan itu pun melahirkan aturan-aturan yang tujuannya agar manusia bisa menjalani hidup dengan baik, bersahaja dan damai (pada dasarnya). Bahkan di beberapa negara aturan agama menjadi dasar yang kita sebut undang-undang yang tentu saja bukan merupakan gagasan yang buruk. Namun beberapa orang hingga kelompok tertentu terlalu fanatik sehingga menerapkan aturan-aturan itu secara berlebihan yang akibatnya menimbulkan rasa tidak aman bagi keselamatan si "pelanggar", apalagi jika proses peradilannya dilakukan secara persekusi membuat citra agama seakan mengekang bahkan hanya menyengsarakan saja.
Contoh kasarnya bisa kita pelajari dari film animasi tahun 2017 lalu yang menceritakan keadaan di negeri nan jauh di sana, tepatnya di negara Afghanistan di kota kabul dimana wilayah itu dikuasai oleh pihak oposisi pemerintah yang bernama Taliban. Hidup di kota Kabul tak pernah terasa mudah bagi Parvana dimana peraturan sangat mengekang masyarakatnya apalagi terkait gender dimana Wanita tidak bisa melakukan apapun tanpa suami, paman dan saudara laki-lakinya atau yang disebut Mahrom. Sahutan kecil Parvana saja sudah berakibat fatal, mengakibatkan sang ayah yang merupakan satu-satunya pria di keluarga Parvana ditangkap dan dipenjara tanpa dakwaan. Hal itu tentu saja membuat kehidupan keluarga Parvana makin merana yang mana keluar rumah atau sekedar mengambil air di sumurpun akan menjadi berbahaya. Keadaan itu membuat Parvana harus menyamar jadi anak laki-laki dan memakai pakaian bekas kakaknya yang nasibnya sudah tak terdengar lagi demi bisa memenuhi kebutuhan keluarganya sembari mencari cara untuk membebaskan ayahnya dibantu Shauzia yang telah lebih dulu menyamar menjadi laki-laki agar bisa bekerja. Paralel dengan itu Disisi lain di cerita karangan Parvana hiduplah seorang pria yang bertekad mengambil kembali benih ajaib milik desanya yang dicuri oleh pasukan jaguar dengan titah sang Raja Gajah yang jahat, dia harus segera menuntaskan misinya agar warga desa bisa panen tepat waktu. Lalu Mampukah Parvana membebaskan ayahnya dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik serta menyelesaikan dongengnya?
Salah satu daya tarik dari film animasi satu ini adalah konfliknya yang nyata dimana kondisi seperti ini benar-benar dialami oleh saudara kita di afghanistan atau bahkan di beberapa negara timur tengah lainnya. Hal itu merupakan kekuatan utama film ini. Film bahkan tak segan memperlihatkan adegan yang membuat kita prihatin sekaligus geram. Momen dimana ibu Parvana dipukuli dengan tongkat sementara Parvana mengejar potongan foto ayahnya yang dirobek benar-benar membuat siapapun terhenyak. Film ini juga mungkin tidak cocok bagi anak dibawah 13 tahun karena konten dan tema yang dihadirkan.
Dari sinopsis diatas sangat mudah menyimpulkan jika cerita film ini begitu depresif, membuat pilihannya dengan menjadikadikannya berformat animasi merupakan pilihan yang bijak. Apalagi dengan studio cartoon saloon yang membuat film animasi 2d yang cozy seperti SONG OF THE SEA yang begitu mempesona dan indah. Penggunaan warna film ini didominasi warna sendu untuk lebih menonjolkan tema timur tengahnya yang gersang. Di bagian yang menceritakan Parvana grafik film ini terlihat tidak istimewa dan cenderung sederhana, Cartoon Saloon baru menunjukkan taringnya ketika bagian yang menceritan kisah si pemuda pencari benih. Artwork yang dimunculkan semi stop motion benar-benar terlihat menyenangkan dan seakan penuh optimisme, hal ini menunjukkan begitu kontrasnya kisah si pemuda dengan kehidupan Parvana. Film ini pun begitu dewasa dari segi penceritaan berikut penyampaiannya sehingga untuk ukuran film animasi cerita dalam film ini lumayan berat.
Naskah yang diadaptasi langsung dari novel Deborah Ellis begitu mengalun dan mudah diikuti, momen demi momen dapat kita rasakan emosi yang coba disampaikannya, namun di pertengahan film mulai sedikit goyah dengan tidak konsistennya motivasi karakter utama. Kita tau tujuan dari Parvana menyamar adalah agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya sekaligus mencari cara membebaskan ayahnya namun film tidak memperlihatkan usaha Parvana dalam membebaskan ayahnya hingga menjelang akhir film, belum lagi dibeberapa bagian sangat terasa repetitif dimana siang hari bekerja dan malam hari mendongeng, tapi untungnya film mulai move on saat ia menceritakan dongengnya tidak hanya pada adiknya.
THE BREADWINNER juga menyorot isu mengenai kebebasan yang hakiki, kita tau dengan menjadi laki-laki Parvana bisa dengan bebas bekerja dan membeli kebutuhan di toko, tapi bukankah itu sama saja dengan keluar kandang lalu kemudian malah masuk sangkar? Yup, Parvana hanya bisa bebas dipikirannya saja, lewat dongeng mengenai pemuda yang mencari benih ajaib. Sebenarnya tidak pernah ada definisi yang pasti mengenai arti dari kebebasan, Tanyakan pada diri kalian, apakah kalian benar-benar sudah bebas? Kita bangun setiap pagi lalu pergi bekerja bahkan hingga larut malam kemudian melakukannya lagi keesokan harinya, kita melakukan semua itu hanya agar kita bisa die another day kalo kata James Bond. Itulah kungkungan kita. Saya pribadi ragu apakah seperti itu arti dari bebas, atau bahkan arti dari hidup itu sendiri? Tapi jika membicarakan itu tentu saya harus membuat artikel terpisah.
Karakter pada film ini pun layak mendapat pujian, semua karakter benar-benar kuat secara penokohan, membuat emosi begitu mudah terpancing. Parvana tentu saja merupakan karakter yang paling menonjol sekaligus yang paling kuat. Para dubber juga yang membuat kontribusi positifnya.
Saat agama seharusnya menjadi penuntun para oknum malah menggunakannya untuk mengekang dan membuat takut masyarakatnya agar tetap tunduk pada radikalisme dan fanatisme. Apalagi jika syariat itu digunakan untuk keperluan politik untuk menggulingkang suatu pemerintahan atau menguasainya. Lalu apakah ketentuan seperti itu yang harus kita ikuti?
This is all about me; I want other people to tell me how they feel. But I'm not so sure I want to return the favor. So, I'm writing. not to become famous, but to fill the emptiness of my soul
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Recent post
Labels
Labels
Catatan Soearadiri
Christiani Bale
Christopher Nolan
Doctors Strange
Drama
Dunkirk
Fantasi
Fantastic Four
Featured
Game of Thrones
Heath Ledger
James Cameron
Joaquin Phoenix
Joe Taslim
Joker
Jude Law
Kevin Feige
Kiki Layne
Komedi
Lirik lagu lawas
Mark Ruffalo
Martin Scorsase
MCU
Movie News
Perjalanan
Regina King
Review
Review Film
Romantis
Samuel L. Jackson
Scarlett Johansson
Stephan James
Superhero
The Lion King
The Martian
Thriller
Todd Phillips
X-Men
Show more
Show less
Buruan Gabung Bersama Kami Di Winning303 Hanya Dengan 1 Akun Kalian Dapat Bermain Berbagai Macam Permainan Online !!
ReplyDeleteInformasi Lebih Lanjut, Silakan Hubungi Kami Di :
Melayani LiveChat 7 x 24 Jam Nonstop :
- WA : +6281717177303
- BBM : WINNING303
- LINE : WINNING303