Alasan mengapa tidak ada artinya membuat film Avengers lagi



Sudah diprediksi sejak lama bahwa di tahun 2019 Avengers: Endgame akan menjadi hits di box office, dengan pendapatan mencapai satu milyar dollar hanya dalam waktu satu Minggu saja. Bahkan berita terbarunya, film ini berhasil menumbangkan Avatar yang sudah bertahta di Box Office of all time selama sepuluh tahun lamanya. Hal ini juga berbanding lurus dengan ulasan para kritikus yang biasanya skeptis terhadap film - film MCU, namun kali ini mereka sepakat bahwa Avengers: Endgame juga memuaskan mereka dari segi kualitas, membuat film ini bagai Kryptonyte bagi ulasan - ulasan jelek di masa lalu. Maka tidak salah menyebut bahwa saat ini merupakan era-nya bagi film - film Superhero. Bagaimana tidak, dari mulai film Horror, serial televisi, film animasi, hingga yang bergenre parodi seolah latah memasukkan unsur Supehero sebagai genre alternatif.

Tanpa bermaksud memberi spoiler, Avengers: Endgame memberikan kita sebuah konklusi yang mengagumkan dari para para anggota Avengers klasik MCU, bahkan Thor sekalipun (Thor 4 juga sepertinya akan lebih berfokus pada Jane Foster sebagai Mighty Thor yang akan kembali diperankan oleh Natalie Portman). Film ini adalah penutup sebuah chapter, terlepas dari para petinggi Marvel Studios yang Keukeh bahwa Spider-Man: Far From Home lah film penutup fase 3. Bahkan sang leader MCU Robert Downey Jr. mengatakan pada acara Jimmy Kimmel Live! kalau “masa depan (Avengers) sangat tidak menentu sekarang (selepas film ini)."
Tentu saja, hal ini tidak mengecualikan inkarnasi selanjutnya dari team Avengers, seperti yang sudah terungkap kalau Marvel Studios kini sedang membangun tim Avengers baru. kandidat itu akan termasuk Hawkeye versi Kate Bishop (atau nanti akan berganti nama menjadi Lila, anak sulungnya Clint Burton), Hulkling, Iron Lad, Patriot, Wiccan, Stature dan Vision (bukan versi yang diperankan Paul Bettany, tentunya).
Dalam komiknya sendiri, ada banyak sekali versi dari anggota Avengers, dimana anggotanya datang dan pergi, jadi jika memang akan ada film Avengers 5, maka itu bukan suatu kejutan lagi. Namun masalahnya, kita tidak sedang membicarakan komik, tapi film. Dan setelah pencapaian luar biasa mereka, bukankah ini saatnya untuk Rest in Peace and for all?

Karena semua tidak akan sama lagi


Saat berbicara mengenai antusiasme penggemar, mereka cenderung begitu rinci Mengani apa yang mereka inginkan. Ada alasan bahwa meskipun New Avengers diperkenalkan di MCU, Fokus film sebagian besar tetap akan mengaitkan mereka pada Avengers klasik seperti Captain America, Iron Man, Black Widow, Hawkeye, Thor and Hulk. Hal ini juga terjadi di Komiknya dimana Avengers selepas Iron Man dan kawan, bukan lagi tim idola atau utama.

Banyak karakter yang menggantikan posisi para Avengers Klasik di film maupun di hati para fans – dengan beberapa diantara mereka jauh lebih baik dan jauh lebih kuat. Pertanyaannya adalah, apakah para fans masih mau menyaksikan film dengan embel - embel "Avengers" tanpa kehadiran “Avengers” seperti Captain America si bijak, Iron Man si Flamboyan jenius, dan si seksi Black Widow? Semuanya tidak akan terasa sama tanpa anggota originalnya.

Bahkan Presiden Marvel Studios, Kevin Feige, di SDCC kemarin belum mengisyaratkan akan ada film Avengers lainnya. Sehingga sudah jelas bukan, bahwa langkah untuk film bertema team-up "klasik" lainnya sepertinya masih sangat jauh dari radar, apalagi film tim Superhero lainnya sedang dalam pengembangan seperti The Eternals yang siap tayang tahun depan, dan Guardian of the Galaxy Vol.3 yang tentunya akan memiliki slot di fase 5 yang akan dimulai pada 2022 mendatang, belum lagi reboot Fantastic Four, dan X-Men, yang menurut Kevin Feige sedang mulai dikembangkan oleh Marvel Studios.
Kalau mereka nekat mengumumkan akan ada Avengers 5, Pertanyaan terbesarnya adalah; bagaimana cara Marvel Studios membuat film yang bisa memenuhi ekspektasi yang sangat tinggi yang sudah ditancapkan oleh Endgame – yang bukan hanya sukses dari segi komersil tapi juga telah mencatatkan sejarah di papan Box Office hingga membungkam para haters dan para kritikus?

X-Men & Fantastic Four


Hal kedua yang bisa menganggu proses rencana pembuatan film Sekuel Avengers lainnya adalah akuisisi Disney terhadap Fox akhir tahun lalu. Perpindahan kuasa itu, menyebabkan seorang anak yang telah hilang selama bertahun - tahun kembali pada keluarganya: X-Men dan Fantastic Four. Selain Spider-Man mereka adalah karakter komik Marvel A-list lainnya sejak lama.
Tapi bagaimanapun juga bagi Marvel Studios, X-Men dan Fantastic Four adalah mainan baru. Apa yang kita lakukan saat mempunyai mainan baru? Kita mencobanya dan untuk beberapa saat menjadikannya favorit. Dan apa yang terjadi pada mainan lama? Mereka disimpan dulu di rak (see Toy Story).

Kevin Feige dan kawan - kawan sekarang dapat membuat “mini universes” dalam MCU sembari memperluas dunia yang sudah ada. Lupakan mengenai rencana untuk menampilkan Wolverine dan Deadpool di film MCU untuk fan service, karena X-Men bisa jauh lebih luas dari itu. Marvel Studios bisa membangun fanbase baru dengan menerapkan cara yang berbeda dari cara yang dilakukan Fox pada X-Man dengan tentu saja, menghubungkannya dengan kisah Akbar MCU yang sudah berdiri kokoh selama ini dan membuat cakupannya semakin luas lagi bahkan dari batasan yang telah diterapkan Guardian Galaxy sekalipun dan mereka tidak perlu membuat panggung green screen yang luasnya bisa mencapai lapangan GBK dalam ruangan hanya untuk menampilkan efek taburan bintang dan galaksi. Itulah, seberapa masif dan ekspansif-nya dunia yang akan diperluas oleh para mutan bimbingan Professor Xavier dan Magneto jika Marvel memilih mereka ketimbang mendahulukan Avengers 5.

Selain X-Men, para fans juga menanti treatment yang akan dilakukan Marvel Studios pada Fantastic Four sembari tentu saja, ingin melihat mereka di semesta MCU dan bertemu pahlawan super lainnya. Sebagai kelompok yang paling pertama, paling vital, dan paling dicintai di jagat Marvel komik, saya rasa semua orang setuju jika adaptasi Fantastic Four ke layar lebar belum ada yang memuaskan. Dengan kembalinya mereka ke asuhan Marvel, maka bisa dipastikan film reboot ini setidaknya akan sangat menyenangkan. Siapa yang mau menolak film aksi Fantastic Four bekerja sama dengan Spider-Man Tom Holland melawan Lex Luthor-nya Marvel yaitu Doctor Doom? Bahkan ada potensi yang luar biasa jika menjadikan keluarga superhero ini sebagai leader MCU yang baru di fase berikutnya. Belum lagi jutaan fans yang akan terpuaskan karenanya.

Akibat jika nggota Avengers klasik kembali


Jika ada satu yang diajarkan oleh Avengers: Endgame pada penggemarnya, yaitu never say never. Sekarang gerbang lorong waktu dan celah multiverse telah terbuka, kisah MCU pun menjadi tidak terbatas. Dengan kata lain; don’t say goodbye thinking it’s forever.

Bagi beberapa aktor yang sudah mencapai akhir mereka di Avengers: Endgame berikut kontrak kerja mereka, ini adalah masa yang tepat untuk mencari kesempatan lain, dan mengubah citra mereka, jika mereka menginginkannya. Lazimnya, orang - orang seperti Chris Evans yang telah "terkungkung" dalam suatu franchise selama satu dekade lamanya, mereka pasti merasa frustasi. Mungkin pekerjaan mereka saat menjadi suoerhero adalah pekerjaan impian semua aktor di seluruh dunia (saat ini), tapi bagi mereka yang memerankan karakter yang sama selama bertahun - tahun dengan kemunculan yang nyaris setiap tahunnya, mereka pasti merasa muak. Dan selama sepuluh tahun itu, ia mungkin telah menolak beragam peran yang ia inginkan namun bertolak belakang dari citra yang harus ia tampilkan yaitu sebagai Superhero. Sekarang, mereka pasti merasa bebas bak burung di angkasa.

Namun segalanya bisa berubah. Bertahun - tahun berikutnya sang aktor mungkin saja akan terjebak one hit wonder syndrome dan berharap bisa mengulangi masa - masa kejayaan mereka. Bagi Marvel Studios sendiri tidak ada alasan untuk menolak gagasan untuk memunculkan kembali geng klasik mereka yang kemungkinan besar akan kembali menjadi viral di dunia sinema tak peduli seberapa absurd cerita yang mereka karang demi memunculkan mereka kembali. Di Hollywood sana, uang yang bicara dan orang akan langsung berubah pikiran saat angka nol terus ditambahkan pada sebuah cek. Seperti dalam dunia musik dimana konser perpisahan yang penuh air mata tak akan ada artinya saat si musisi kembali ditawari uang yang banyak oleh label rekaman.

Dan saat itu terjadi MCU akan kembali memiliki batasan, apalagi bagi karakter - karakternya yang baru yang sekarang sedang membangun pamor mereka sendiri. Karakter - karakter seperti Doctors Strange, Shan-Chi, Captain Marvel hingga tim superhero potensial yang baru, The Eternals akan kembali dibayang - bayangi oleh Avengers (lama), seperti saat 2018 lalu saat Ant-Man and The Wasp tak berdaya di box office tatkala fans terus membanding - bandingkannya dengan Infinity War.

Leave itu alone


Solusi terbaik bagi Marvel Studios adalah meninggalkan franchise Avengers, as long as possible (kecuali kalau suatu saat mereka mau membuat reboot). Lagi pula, setelah Avengers: Endgame, bagaimana studio ini bisa melampaui prestasi serta ekspektasi yang diciptakan sebegitu luar biasanya oleh film itu. Asli, bahkan kalian bisa bilang film itu kini lebih besar dari Star Wars serta menjadi franchise kebanggaan generasi millenial.

Tapi hal itu juga harus mendatangkan perhatian yang luar biasa. Berkaca dari Star Wars, Marvel Studios harus mengambil pelajaran bahwa segala hal bisa berubah dengan sangat instan. Selama ini semua orang pikir franchise Star Wars dijamin akan sukses, tapi kegagalan Solo: A Star Wars Story mencapai box office menjadi peringatan keras bagaimana tindakan para fans saat franchise kesayangan mereka melakukan langkah yang mengecewakan. Pelajarannya adalah, para fans bukan hanya sekedar keledai bodoh yang rela diperlakukan sesuka hati oleh para studio; mereka bisa menghancurkan sesuatu yang besar kalau mereka memilih begitu.

Intinya adalah, tidak perlu ada lagi film Avengers setelah Avengers: Endgame yang kalau gagal, radius destruction-nya bisa melebar ke franchise MCU lainnya, mengingat sampai sekarang Avengers adalah tim inti dari MCU. Dengan kata lain, hargai itu dan kenanganglah, tapi mari kita move on.

Comments

Post a Comment

Recent post