REVIEW Indonesia - DEADPOOL 2 (2018): Lebih berani bukan berarti lebih baik



Salah satu film paling diantisipasi tahun ini akhirnya hadir juga. 2016 lalu Ryan Reynold menghidupkan lagi salah satu karakter Marvel paling digemari setelah penampilan perdananya di X-MEN ORIGNS: WOLVERINE dihujat habis-habisan. DEADPOOL pun seolah menjadi angin segar bagi genre Superhero kebanyakan dimana film itu begitu vulgar, gore, dan sangat menyenangkan. Tentu saja semua itu telah membuat kita berekspektasi tinggi pada sequelnya ini. Apalagi setelah AVENGERS: INFINITY WAR memutuskan memajukan jadwal rilisnya karena "takut" berhadapan dengan DEADPOOL 2 ini. Namun apakah ekspektasi kita akan terpenuhi?

 Ditengah kegiatannya sehari-harinya menumpas kejahatan, Wade Wilson aka Deadpool menyempatkan diri merayakan Aniversary bersama kekasihnya Vanessa. Tapi sialnya saat mereka tengah asyik mempresiapkan nama untuk calon anaknya, Segerombolan orang menerobos kediamannya dan menembak sana-sini hingga mengenai Vanessa, ia pun meninggal seketika. Deadpool stress dan depresi. Setelah percobaan bunuh diri Deadpool yang selalu gagal ia pun bertekad akan selalu melakukan kebajikan. Jadi, ia pun bergabung dengan X-Men atas ajakan Colossus. Mengingat sifatnya yang tidak suka ikut aturan ia pun ditempatkan pada posisi percobaan atau Trainee. Masalah muncul setelah ia bertemu mutant remaja berkekuatan besar bernama Russel dan seorang dari masa depan yang bernama Cable yang ingin membunuh remaja itu untuk alasan yang belum diketahui.



 Di pimpin oleh David Leitch yang sudah tidak asing lagi menangani film-film action blockbuster Film ini masih menggunakan alur maju mundur seperti pendahulunya, meskipun hanya di bagian awal saja tapi itu cukup untuk mengingatkan kita bahwa kita sedang menonton film Deadpool. Bagian awal film ini jujur saja merupakan bagian terlemahnya. Bagian awal film ini terkesan terburu-buru, sehingga saat kekasih Deadpool meninggal kita tidak mendapatkan emosi yang semestinya kita dapatkan. Dan sialnya lagi karena itu, motivasi karakter utama kita untuk menolong seorang anak mutant yang disiksa jadi kurang meyakinkan, dan itu diperparah dengan karakter Russel aka Iron Fist yang menyebalkan dalam artian yang buruk, nyaris tidak ada hal menarik dari karakter satu ini selain tukang teriak dan pembuat ledakan saja, membuat kita semakin tidak peduli dengan tujuan karakter utama. 

Kemudian dari segi naskah DEADPOOL 2 tampil lebih liar dari film sebelumnya. Porsi joke mengenai film lain menjadi andalan kali ini bahkan cakupannya lebih luas lagi dari sebelumnya, sekaligus kurang terkontrol. DEADPOOL mungkin merupakan sebuah kejutan dengan tema dan naskah yang dihadirkannya, masalahnya adalah DEADPOOL 2 sudah bukan kejutan lagi hingga pendapat penonton akan sama dengan film komedi pada umumya, apakah joke-nya lucu atau malah menyebalkan. Meskipun dialognya lebih berani dan sarcasme, Sialnya, DEADPOOL 2 mempunyai miss joke yang banyak sekali. Joke pada film ini cenderung lebih mengutamakan pada referensi atau mengejek film lain, tidak seperti film pertamanya yang lebih varitatif sehingga bagi orang yang tidak mengetahui film-film tertentu akan kebingungan dan menganggapnya tidak lucu. And again, masalahnya lagi ini merupakan sequel film yang sukses berat, khususnya dibagian komedi sehingga kita pada umumya sudah mempunyai ekspektasi yang tinggi akan dibuat tertawa habis-habisan tapi Leitch hanya bisa memberikan setengahnya. Tapi untungnya hal itu tidak berlaku pada bagian dramanya dan naskah pada pada film ini entah kenapa menjadikan plotnya menjadi lancar dari awal hingga akhir. Rhett Reese, Paul Wernick dan tentu saja si pemeran Deadpool Ryan Reynolds juga dapat mengulang kelebihannya kembali dimana drama, komedi hingga thriller dapat melebur menjadi satu kesatuan sehingga tidak nampak tumpang tindih saat perubahan suasana film berganti-ganti. 



 Membicarakan Deadpool tentu kita harus membahas actionnya. Film ini masih menunjukkan kemampuannya untuk menghibur pecinta thriller dengan koreo-koreo yang meskipun tidak sedahsyat film pertamanya tapi koreo pertarungan film ini tidak bisa disebut jelek juga. Film ini lebih berfokus pada aksi tembak-menembak jarak dekat, bahkan karakter Russel juga cenderung terus menembakkan bola api padahal di komiknya kemampuannya lebih dari itu. Saya tidak mau mengkritisi bagian ini karena toh banyak orang yang menonton bersama saya begitu menikmati aksi yang disuguhkan Leitch.



 Beruntung Deadpool masih diperankan oleh Ryan Reynold yang sepertinya sudah melekat dengan karakter ini layaknya Robert Downey Jr dengan Iron man-nya atau Hugh Jackman dengan Wolverinenya. Dan di film ini ia tampil lebih emosional dari sebelumnya meskipun tentu saja ia tidak menghilangkan kejenakaan absurd nan vulgar khas Deadpool. Pemeran lain juga tampil baik memerankan karakternya masing-masing, kecuali Julian Dennison. Menyedihkan karena ia merupakan karakter kunci yang baik penampilan maupun karakterisasinya seharusnya bisa lebih baik lagi. Dan tentu saja Josh Brolin yang sebelumya sukses menjadi karakter utama di AVENGERS: INFINITY WAR tampil sama baiknya disini. Tapi disini kita memiliki scene stealer. Yup, dia adalah Zazie Beetz yang memerankan Domino yang memiliki kekuatan super yang aneh dan absurd pula. Setiap ia muncul di layar ada rasa menyenangkan apalagi perwakannya yang seksi menjadi nilai plus.



 Meskipun terkesan lebih mahal dari film sebelumnya dengan efek visual yang lebih halus DEADPOOL 2 nyatanya tidak mampu melampaui atau bahkan sekedar menyaingi film pertamanya yang lebih baik dari segala aspek mulai dari plot yang lebih tertata, naskah yang mengejutkan, dan tentu saja komedi yang menyenangkan. Tapi saya optimis film ini akan mendapatkan lagi sequelnya mengingat keunikannya apalagi franchise X-men yang sudah mulai ditinggalkan, Deadpool akan tetap menjadi angin segar bagi ranah perfilman khususnya di genre superhero.  

Comments

Recent post