Review Indonesia: BLACK PANTHER (2018), Perebutan tahta di negara futuristik Afrika



Seorang anak merupakan cerminan dari orang tuanya. Buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya. Ungkapan itu pasti tak asing bagi anda. Apalagi jika anak tersebut akan akan mewarisi sesuatu dari orang tuanya, seperti harta, tahta, hingga ambisi dan mimpi. Si anak pasti akan selalu saja dibandingkan dengan orang tuanya apalagi jika si orang tua tergolong merupakan orang yang berpengaruh. Pasti ada beban tersendiri ketikan si anak menempati posisi sang orang tua. Dan perjalanan hidup dari mulai rasa tidak percaya diri, ragu, jatuh, kemudian berjaya selalu saja menarik untuk diikuti, tak terkecuali di film superhero Marvel terbaru, BLACK PANTHER, Game of throne superhero movie with hot negros all around.

Sumber daya yang luar biasa akan disebut luar biasa jika itu berguna bagi banyak orang, bukan golongan tertentu saja. Jika kita mempunyai sumber daya yang sekiranya dapat membantu sesama, kenapa juga harus disembunyikan? Kira-kira begitulah yang dipikirkan Erik killmonger, seorang pangeran terbuang yang berusaha mewujudhkan visi dan misi ayahnya itu yang dicap sebagai pengkhianat karena membelot pada raja Wakanda sekaligus kakaknya sendiri, hingga berakhir dengan tewasnya sang ayah di tangan pamannya itu. Lalu apakah Erik dapat merebut tahta dari raja yang sah, T'Challa kemudian mewujudkan mimpinya dan ayahnya, dan menikmati matahari terbenam dan mungkin kehancuran di tanah Wakanda yang selama ini ditakutkan oleh raja terdahulu? 



Bagi kalian yang sudah menyaksikan film ini mungkin kalian akan sedikit merasa aneh dengan sinopsis yang saya buat diatas. Kenapa saya membuatnya demikian? Karena Tokoh antagonis utama dalam film ini adalah tokoh antagonis MCU terbaik so far (menurut saya). Tokoh antagonis yang "baik" adalah tokoh antagonis yang dapat membuat karakter utama mempertanyakan kembali gagasannya hingga mungkin karakter utama itu akan berfikir "iya juga, ya." dan tokoh antagonis seperti itulah yang ditampilkan oleh film garapan Ryan Coogler yang merupakan film MCU pertama yang rilis di 2018.

Cerita film ini sedikit mengingatkan saya pada WONDER WOMAN, hingga LION KING. Dari segi karakter, T'Challa merupakan karakter yang sedikit naif, persis seperti Diana Prince. Hanya saja jika Kenaifan Diana Prince seakan "dimaklumi" dan didukung hingga film berakhir, tidak seperti T'Challa yang kenaifannya sangat bertentangan dengan dirinya yang seorang raja sehingga tentu saja dia tidak boleh mementingkan gagasan pribadi dan "terlalu baik". Kemudian prajurit wanita mengingatkan saya pada penduduk No mans land dan paruh terakhir sedikit mengingatkan saya pada LION KING.



Paruh awal film ini adalah yang terlemah dari keseluruhan film. Pengenalan karakter baru selain T'Challa terlalu singkat, bukan berarti harus ada background story pada setiap karakter hanya saja film ini bergerak terlalu cepat ke pase kedua. Ryan coogler seakan tidak sabar ingin menampilkan aksi laga keren berikut kejar-kejaran mobilnya dan aksi sang Black Panther yang melompat-lompat sembari memamerkan cakarnya yang luar biasa kuat. Adegan itu seharusnya bisa dipersingkat mengingat motif dari adegan tersebut yang tak terlalu berpengaruh pada pergerakan film secara signifikan. Meski tidak sampai menimbulkan rasa bosan, tetapi sangat disayangkan pengenalan karakter yang seharusnya bisa dilakukan dengan lebih baik harus dikorbankan begitu saja.

Terhitung sejak CIVIL WAR perkembangan karakter T'Challa memang yang paling mengagumkan. Dari seorang yang penuh dendam, berbesar hati, bimbang, kecewa, jatuh hingga dirinya menjadi sosok yang layak disebut sebagai raja yang sesungguhnya. Saya tidak keberatan jika Black Panther dapat menjadi leader menggantikan Captain America yang sepertinya akan habis masanya. Dan karakter itu dapat diperankan dengan sangat baik oleh Chadwick Boseman.



Chadwick Boseman melakukan tugasnya sebagai leading role dengan memimpin didepan dengan sangat meyakinkan. Perkembangan karakternya yang cukup signifikan berhasil ditampilkan olehnya nyaris sempurna. Lupita Nyong'o(yang merupakan alasan pertama saya menonton film ini) juga berhasil menjadi penyegar sekaligus berperan penting terhadap perkembangan karakter utama, meskipun saya sedikit agak tertipu dengan sinopsis yang menyebut-nyebut "kisah cinta yang rumit", karena menurut saya tidak serumit itu juga. Padahal jika dibuat lebih baik, romansa antara T'Challa dan Nakia bisa menjadi side story yang manis. Danai Gurira menampikan performa yang mempesona sebagai Okoye yang tangguh dan berpendirian kuat yang anehnya di momen-momen tertentu dia menjadi penggerak di bagian komedi utama setelah Letitia Wright, berperan sebagai adik sang raja, Shuri yang bermain cantik dan meyakinkan sebagai pencair suasana. Dan sayangnya Daniel Kaluuya hanya mendapat porsi yang singkat padahal karakternya yang paling mewakili hitam putih penduduk Wakanda, beserta Martin Freeman yang merupakan karakter kulit putih satu-satunya setelah Andy Serkis yang mati begitu saja, terkesan sebagai tempelan belaka dan penyambung benang merah saja dengan film yang terdahulu. Sangat disayangkan karena Andy Serkis menampikan performa yang luar biasa disini hingga membuat saya sempat berfikir karakternya akan menjadi musuh utama Black Panther sama halnya Loki(saya tidak mengerti kenapa karakter ini terus dipiara) di THOR. Dan Michael B Jordan adalah sang kuda hitam disini. Meskipun dari akting tidak terlalu istimewa tapi dia mendapatkan karakter yang paling menarik setelah karakter utama dan di beberapa momen dia lebih bersinar dibanding karekter utama seakan benar-benar meyakinkan kita bahwa yang dilakukan karakternya adalah benar. Sekali lagi saya tak ragu mengatakan Killmonger adalah karakter antagonis terbaik di francise ini.



Dan naskah Ryan Coogler benar-benar bekerja disini. Meskipun terkesan penuh sesak oleh motif masing-masing karakter hingga pesan-pesan yang secara gamblang diutarakan tapi naskah tak pernah terlihat kedodoran tapi justru semakin menguat seiring konflik yang yang terus meruncing dan akhirnya klimaks di bagian akhir. Naskah film ini merupakan yang terbaik dari seluruh francise Marvel Cinematic, bersanding dengan IRON MAN, WINTER SOLDIER, DOCTOR STRANGE dan CIVIL WAR, yang merupakan film-film terbaik di jagad Marvel.

Saya juga sangat suka dengan ide menggabungkan dunia futuristik dengan kebudayaan Afrika yang juga mengandung unsur kolosal yang kuat berikut bahasa alternatifnya. Membuat fresh kejenuhan saya terhadap dunia THOR yang merupakan satu-satunya dunia alternatif di jagad Marvel yang akhirnya hancur yang bahkan tidak memiliki bahasa alternatif, padahal kalau mau dia bisa menggunakan bahasa Norwegia atau Swedia sebagai asal dari mitologi nordik. Dari segi tema dan penceritaan pun BLACK PANTHER jelas jauh lebih berbobot ketimbang THOR: RAGNAROK yang lalu, yang memiliki tema yang dangkal dan pesan yang tipis, sebaliknya film ini justru penuh sesak oleh hal tersebut, begitu banyak yang ingin dia sampaikan, Dari mulai isu Ras, gender, hingga loyalty dan itu semua disampaikan secara eksplisit dari mulai dialognya, kemudian prajurit kerajaan yang semuanya wanita, hingga tentu saja dominasi actor yang kebanyakan Kulit hitam.

Film ini film yang ambisius. Selain keambisiusannya film ini juga membawa cukup banyak beban dan mungkin merupakan harapan industri perfilman tentang diskriminasi ras kedepannya. Jujur saja saya awalnya agak skeptis dengan ambisi film ini yang digembar-gemborkan bahkan sebelum praproduksi, dan untungnya film ini masih bisa disebut memuaskan. Memuaskan sekali malah.

Comments

Recent post