Review Indoneisa: LADY BIRD (2017)





Dulu di waktu remaja, kita pasti membayangkan akan menjadi seperti apa kehidupan kita selepas masa sekolah. Memikirkan akan masuk universitas mana, atau akan bekerja apa. Apalagi ditambah dengan masalah ekonomi, seakan dunia tak adil karena menempatkan kita pada situasi itu sehingga kita menganggap bahwa kita yang paling menderita dan memusuhi semua orang yang tidak sependapat dengan kita (oke, mungkin yang itu hanya dialami oleh saya).

Bintang utama film LOLA VERSUS, Greta Gerwig mencoba menceritakannya lewat debutnya sebagai sutradara sekaligus membuat naskahnya dengan film yang berjudul LADY BIRD. Saya sebenarnya agak kesulitan membuat sinopsis film ini karena sedari awal kita sudah seperti berada di tengah permasalahan sang karakter yang seorang remaja putri bernama Christine "Lady bird" McPherson yang sedang mempersiapkan kelulusannya dan bersiap untuk mendaftar ke universitas yang diinginkannya agar dia bisa cepat-cepat pergi dari rumahnya dan kotanya tersebut yang menurutnya sudah sangat memuakkan.


Greta Gerwig membuat film ini begitu jujur. naskah yang seakan tidak terstruktur itu begitu mengalir dengan sempurna seakan tidak ada sekat yang menghalangi para karakterya ketika mereka mengobrol, bertengkar, hingga hanya sekedar berujar. Naskah. Ya, naskah benar-benar kekuatan utama dalam film ini, membuat para karakternya begitu menarik. Kita seakan berada ditengah-tengah mereka saat mereka berkumpul dan ikut membicarakan sesuatu dan dalam hati kita juga ingin sekali memberikan komentar kita pada apa yang terjadi membuat kita terlibat didalamnya. One of Best non-adapted screenplay 2017.

 Basicaly, film ini adalah jenis film coming of age, menceritakan gejolak remaja dengan tek tek bengek romance hingga persahabatan dan konflik keluarga. Masih belum puas? Ia juga menceritakan tentang hari-hari terakhir di sekolah lengkap beserta to-do-list nya. Benar-benar tertebak akan seperti apa filmnya berkonflik hingga berakhir. Tapi percayalah ketika saya menyebut film ini film yang sangat jujur dan tidak biasa. Greta Gerwig berhasil membuktikan dirinya bukan hanya menjual namanya berikut sinopsisnya yang seakan menceritakan dirinya pribadi, tapi ia menunjukan dirinya merupakan director yang berani menggebrak sinema dengan filmnya yang serba tidak biasa dibalik temanya yang sangat biasa, dan tentu saja hasilnya luar biasa. Terakhir yang dapat memukau saya dengan tema sejenis adalah THE PERKS OF BEING A WALLFLOWER yang hadir lima tahun silam, yang menggabungkan tema coming of age dengan sedikit bermain di ranah psychological drama.


Lewat LADY BIRD kita seolah diingatkan akan masa remaja kita dulu, kita yang dulu merasa hebat dan merasa berhak menerima yang terbaik, bahkan tidak jarang kita lupa bahwa sebenarnya kemampuan dan keadaan kita tidak memungkinkan dan kadang kita hanya harus mensyukurinya saja. Kemudian diri kita yang berangan akan seperti apa kita saat kita melewati gerbang sekolah untuk yang terakhir kali. Mungkin diantara kita ada juga yang bingung bahkan takut, apakah dunia luar aman dan bisa menerima kita dengan baik? Ada juga yang senang setengah mati karena berfikir itu merupakan awal dari kebebasan melakukan yang diinginkan dan meraih mimpi, dan itulah konflik karakter utama kita kali ini. Tidak hanya ingin segera lulus Lady Bird juga ingin membuat kenangan baru yang indah dengan bergaul dengan kelompok yang lebih keren ketimbang kelompok teaternya dan bahkan ingin melepas keperawanan lalu kemudian cepat-cepat keluar dari rumah dan kota yang sudah membuatnya muak.

Salah satu yang menarik dalam film ini adalah hubungan antara karakter utama dan ibunya yang sangat literally unik. Secara umum ibu dan anak perempuannya itu benar-benar sangat bertolak belakang. Si ibu yang sangat disiplin waktu, keuangan, hingga perilaku sedangkan si anak merupakan tipe kebalikannya. Mereka berdebat hampir setiap saat, dan tentang segala hal tapi yang membuat kita merefleksikan diri justru karena begitulah cara mereka menunjukan kasih sayang satu sama lain. Hal yang mungkin sering kita lakukan dengan orang terkasih. Mengisyaratkan Terkadang rasa kasih sayang yang sejati justru adalah rasa kasih sayang yang tidak diucapkan.


Dan keduanya dapat ditampilkan dengan begitu jujur pula oleh Saoirse Ronan dan Laurie Metcalf. Laurie Metcalf begitu bersinar menampilkan sosok ibu yang cerewet, dan suka mengatur segala hal tetapi tetap menyimpan rasa sayang yang begitu luar biasa pada anak-anaknya. Pemain-pemain muda dan pemain senior yang lain juga tampak melakukan tugasnya dengan baik. Seperti yang saya singgung diatas mereka membuat kita terlibat di di dalam cerita. Kita dibuat seolah berada ditengah-tengah mereka dan seakan ingin pula memberikan komentar. Dan jika BROOKLYN sudah membuatmu terkesan pada Saoirse Ronan maka kamu akan lebih terpukau lagi pada gadis asal Irlandia ini. Mengapa film ini merupakan film yang jujur adalah karena Penampilannya yang memvisualkan naskah yang sudah sangat apik membuat karakter Lady Bird begitu nyata dan sekali lagi, membuat kita merefleksikan diri. Tahun ini mungkin saingannya agak berat tapi jika penampilannya terus begini, cepat atau lambat piala oscar pasti akan terpajang dirumahnya.


Anyway. Seperti yang saya sudah sebutkan beberapa kali sebutkan, LADY BIRD adalah film yang jujur. Bukan hanya membuat kita merefleksikan diri tapi membuat kita juga harus mensyukuri segala yang telah kita miliki. Kita dibuat tertawa oleh lelucon-leluconoya bahkan di saat para karakter sedang berdebat tanpa terlihat terlalu berusaha. Kita dibuat terenyuh saat film mulai memancing tensi dan kita akan memakan umpannya tanpa ragu. Setiap momen. Ya, setiap momen pada film ini begitu menarik. Setelah menonton suatu film saya biasanya mendownload filmnya kemudian mengulang kembali momen-momen menarik. Tapi jika ingin melihat kembali momen menarik dalam film ini saya harus mengulangnya dari awal. Greta Gerwig mulai sekarang akan diperhitungkan sebagai sutradara dan penulis naskah yang prestisius dan pastinya filmnya akan selalu dinanti kedepannya.

OUTSTANDING

Comments

  1. Menurut saya, ini adalah film tentang rasa sayang seorang Ibu pada anaknya yg tiada berujung, walaupun si anak berlaku kasar, nakal, dan keras kepala, tapi sang ibu mencintainya apa adanya. Nice movie

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, poin utamanya memang seperti itu. Film ini juga menyadarkan kita semua jika rasa syang tak harus diumbar-umbar, dengan kita mengetahui orang tua kita mengurus kita dan memperdulikan kita saja bukankah itu sudah cukup? Seperti yang saya bilang diatas, kadang rasa syang yang sejati adalah yang tidak diucapkan.

      Terima kasih sudah berkunjung, Ini komentar pertama by
      The way 😊

      Delete

Post a Comment

Recent post